Senin, 29 September 2014

KRI Sampari 628: Generasi Pertama KCR 60 TNI AL

Mengingat luasnya wilayah lautan Indonesia dengan ribuan pulaunya, adalah wajar bila TNI AL menjadi jawara pemilik armada kapal cepat terbesar di Asia Tenggara. Melengkapi jumlah dan kualitas yang ada, Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI AL kembali kedatangan ‘warga’ baru, yakni dari jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) 60. Yang dimaksud adalah KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629, dan bakal menyusul kemudian KRI Halasan 630, ketiganya dibuat oleh industri Dalam Negeri, PT. PAL di Surabaya.

Sesuai dengan rencana strategis yang telah dicanangkan dalam MEF (Minimium Essential Force), belakangan ini frekuensi kemunculan nama-nama KRI baru di kelas kapal cepat dan kapal patroli begitu sering terdengar. Belum lama berselang, TNI AL menerima KCR 40, yaitu KRI Clurit 641, KRI Kujang 642, KRI Beladau 643, dan KRI Alamang 644. Keempatnya dibuat oleh galangan PT. Palindo Marine di Batam. Dan, melengkapi stugas Satuan Kapal Cepat, dikembangkan pula KCR 60 yang punya spesifikasi lebih tinggi dari KCR 40. Meski bila diperhatikan, baik KCR 40 dan KCR 60, punya rancangan desain yang tak jauh beda, yakni mengunggulkan lambung berdesain stealth, bahkan kapal generasi anyar ini punya tampilan anjungan model streamline, mirip dengan korvet SIGMA Class.

Menilik spesifikasi yang telah dikupas di berbagai pemberitaan KCR 60 yang kemunculan perdananya diwakili KRI Sampari 628, punyai panjang keseluruhan 60 meter dan berbot total 460 ton. Sebagai kapal cepat, KRI Sampari disokong 2 mesin diesel yang masing-masing punya kekuatan 2880 KW. Dari mesin tersebut, dapat dicapai kecepatan maksimum 28 knot, kecepatan jelajah 20 knot, dan kecepatan ekonomis 15 knot. Dengan jumlah awak 55 personel, KRI Sampari dirancang untuk mampu berlayar terus menerus selama 9 hari. Jarak jelajahnya bisa mencapai 2.400 nautical mile pada kecepatan 20 knot.


Bicara tentang persenjataan, platform KCR 60 dirancang untuk bisa membawa empat peluncur rudal C-705, dimana masing-masing dua peluncur menghadap arah yang berlawanan. Inilah yang membedakan antara KCR 40 dan KCR 60, bila KCR 40 hanya disiapkan untuk membawa dua peluncur rudal anti kapal C-705. Hanya saja, dalam peluncurannya, nampak KRI Sampari baru dipasang dua peluncur rudal. Senjata lain yang jadi andalan adalah meriam reaksi cepat kaliber 57 mm pada sisi haluan. Kemudiam ada bekal kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) kaliber 20 mm. Untuk menangkal serangan udara, kapal ini juga dibekali 2 decoy launcher. Untuk penempatan, KRI Sampari akan memperkuat Satkat Armada Timur (Armatim), sesuai dengan medan yang dihadapi, kapal ini dirancang untuk berlayar di kondisi cuaca lautan level Sea Stage 6.

Downgrade dan Upgrade Senjata di Haluan
Hal lain yang menarik dari KRI Sampari terletak dari elemen senjata. Bila seharusnya senjata pada haluan adalah meriam kaliber 57 mm, maka yang terlihat dalam foto adalah meriam Bofors 40 mm L/70. Adopsi meriam ‘lawas’ dengan kubah ini jelas terasa timpang dengan desain kapal yang futuristik. Dari sisi daya getar, penggunaan Bofors 40 mm ini jelas kurang member efek getar, apalagi meriam ini pengoperasiannya masih manual. Bila boleh menerka, besar kemungkinan Bofors 40 mm pada KRI Sampari adalah bekas lungsuran dari KRI Teluk Semangka 512, yakni jenis LST (landing ship tank) buatan Korea Selatan yang telah dipensiunkan oleh TNI AL.



Tapi jangan berkecil hati dulu, sebab ada kabar bahwa Bofors 40 mm L/70 di KCR 60 hanya bersifat sementara. Besar kemungkinan, bila melihat pada tampilan mock up desain, yang bakal dipasang nantinya minimal adalah meriam reaksi cepat jenis Bofors 57 mm MK.2, atau bisa jadi tipe MK.3. Bagi TNI AL sendiri, penggunaan Bofors 57 mm MK.2 sudah bukan hal baru, pasalnya armada KCR/KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 memang mengandalkan meriam buatan Swedia ini pada haluannya. Bila nantinya meriam ini yang dipasang, selain efek getarnya cukup dahsyat, juga rancangan desain kubahnya menjadi sangat pas dan menyatu dengan kontur desain kapal secara keseluruhan.

Soal downgrade dan upgrade senjata sebelumnya sudah terjadi pada KCR 40, tepatnya pada KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642. Dalam platform standar yang dipresentasikan, senjata haluan kapal ini memang dirancang untuk mengadopsi jenis kanon CIWS (Close in Weapon System), tapi nyatanya dalam peluncuran perdananya, senjata kedua kapal tampil downgrade dengan kanon Vektor G12 kaliber 20 mm buatan Afrika Selatan. Baru kemudian, secara mengejutkan kedua kapal cepat ini terlihat sudah di upgrade dengan mengadopsi kanon CIWS AK-630M.

sumber : indomiliter.com

Minggu, 14 September 2014

KRI Bung Tomo ( 357 )


Dalam perjalanannya dari Inggris sejak 16 Agustus, KRI Bung Tomo-357 yang membawa 87 ABK perwira, bintara dan tamtama serta 5 warga negara asing sebagai teknisi kapal ini sempat transit di beberapa negara.  Sementara dua KRI sekelas yang juga diakusisi TNI AL, yaitu KRI John Lie-358 dan KRI Usman Harun-359 segera akan menyusul.


KRI Bung Tomo adalah Multirole Light Fregate (MRLF) atau frigat ringan buatan BAE System Maritime Naval Ship Inggris. Berdimensi panjang 95 m, lebar 12,7 m, bobot benaman 2.300 ton, dilengkapi empat motor penggerak CODAD (Combined Diesel And Diesel), KRI Bung Tomo mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 31 knot.

Soal kemampuan, frigat ringan ini dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan kontrol tembak canggih, kanon Oto Melara 76 mm, kanon pertahanan udara DS 30 B REMSIG 30 mm, torpedo Thales Sensor Cutlass 242 anti kapal selam, rudal permukaan ke udara Vertical Launch (VL) Sea Wolf dan rudal Exocet MM 40 Block II. Menjadikan kapal ini mampu mengatasi ancaman kapal permukaan, kapal selam dan serangan udara.

KRI Bung Tomo-357 selanjutnya akan masuk ke jajaran Satuan Kapal Eskorta TNI AL bersama frigat Kelas Van Speijk (KRI Oswald Siahaan, KRI Ahmad Yani, dll).


senjata : 

- kanon Oto Melara 76 mm
- kanon pertahanan udara DS 30 B REMSIG 30 mm
- torpedo Thales Sensor Cutlass 242 anti kapal selam
- rudal permukaan ke udara Vertical Launch (VL) Sea Wolf
- rudal Exocet MM 40 Block II

sumber : news.detik.com

Rabu, 16 Mei 2012

KEMHAN & ROSOBORONEXPORT TANDA TANGANI KONTRAK PEMBELIAN 37 UNIT BMP - 3F

JAKARTA - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) secara resmi menandatangani  kontrak pembelian 37 Unit Tank BMP-3F dari Rusia. Kontrak pembelian 37 Unit Tank BMP-3F ini ditandatangani oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo bersama Kepala Perwakilan JSC Rosoboronexport Rusia di Indonesia Vadim Varaksin, Jumat (11/5), di kantor Kemhan, Jakarta.


Kabaranahan Kemhan RI mengatakan, pengadaan 37 Unit Tank BMP-3F ini dilaksanakan berdasarkan keputusan Menhan tentang penetapan penyedia barang dan jasa pengadaan 37 Unit Tank BMP-3F dengan mempergunakan fasilitas pendanaan yang telah ditetapkan sumber pembiayaannya pada tahun anggaran 2011. Pengadaan kali ini adalah pengadaan lanjutan untuk 37 Unit Tank BMP-3F, mengingat sebelumnya Kemhan RI sudah melaksanakan pengadaan serupa pada tahun 2008 sebanyak 17 unit.


Pengadaaan kali ini dengan jumlah unit lebih besar dari sebelumnya yaitu 37 unit, dan juga ada satu Unit BREM-L armoured recovery vehicle,  Amunisi dan segala peralatan pendukungnya.
Kemhan RI berharap, dengan pengadaan 37 Unit Tank BMP-3F dapat memenuhi kebutuhan Satuan Marinir TNI AL sehingga meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas dan kemampuan bertempur TNI khususnya Angkatan Laut.


Lebih lanjut kepada pihak JSC Rosoboronexport Rusia, Kabaranahan Kemhan RI menyampaikan ucapan terimakasih karena pada pengadaan 37 Unit Tank BMP-3F pihak JSC Rosoboronexport Rusia bersedia memberikan Transfers of Technology (ToT) yaitu berupa peningkatan kemampuan workshop dari TNI AL didalam memiliki kemampuan pemeliharaan yang baik terhadap tank - tank tersebut.
Atas nama Menhan, Kabaranahan Kemhan RI juga menyampaikan perhargaan dan ucapan terimakasih atas kerjasamanya sehingga proses pengadaan 37 Unit Tank BMP-3F  ini dapat dilaksanakan khususnya yaitu melalui pembiayaan state credit yang disediakan dari pemerintah Rusia.
Fasilitas state credit yang disediakan pemerintah Rusia, tentu pemerintah Indonesia didalam proses pengadaannya akan memanfaatkan sebesar-besarnya fasilitas state credit yang diberikan ini. Dan tentunya ini merupakan wujud kerjasama yang baik antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Rusia.
Sementara itu,  Kepala Perwakilan JSC Rosoboronexport Rusia di Indonesia Vadim Varaksin  mengatakan, pengadaan  37 Unit Tank BMP-3F  ini merupakan pembelian kedua, dimana ini mencerminkan bahwa TNI AL merasa puas dengan kendaraan tersebut dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Rusia khususnya Rosoboronexport Rusia. Pihaknya berharap pengadaan 37 Unit Tank BMP-3F   nantinya  akan membantu meningkatkan kemampuan TNI AL khususnya Marinir.
Menurutya,  kontrak pengadaan  37 Unit Tank BMP 3F  ini cukup istimewa dan bahkan merupakan suatu terobosan dalam hubungan antara JSC Rosoboronexport Rusia dan Kemhan RI karena sudah mengandung komponen yang baru dan penting yaitu adanya kerjasama Transfers of Technology. “Ini adalah suatu hal yang sangat baik dan meletakan dasar yang sangat baik untuk peningkatan hubungan kita kemasa depan”, ungkapnya.
Kepala Perwakilan JSC Rosoboronexport menegaskan bahwa pihaknya siap dan sungguh - sungguh untuk melakukan kerjasama ToT dalam rangka kontrak ini, dan akan berusaha untuk mempertahankan kerjasama yang telah berlangsung  baik selama ini.
 
sumber : DMC



Sabtu, 05 Mei 2012

Empat KRI Jenis LST Dipensiunkan

JAKARTA - Empat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis "Landing Ship Tank" dibawah pembinaan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dipensiunkan karena telah purna masa penugasannya. Keempat KRI tersebut adalah KRI Teluk Langsa-501, KRI-Teluk Kau-504, KRI Teluk Tomini-508 dan KRI Teluk Saleh-510.

Berakhirnya masa tugas kapal-kapal tersebut ditandai dengan upacara penurunan ular-ular perang (kapal), penurunan lencana perang dan bendera merah putih yang dipimpin oleh Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI SM Darojatim.

“Keempat KRI ini telah jauh melebihi batas usia pakainya. Empat KRI tersebut telah menjalani proses perpanjangan pemakaian beberapa kali, ada ganti mesin dan lainnya. Usia pakainya mencapai 60 tahunan, padahal ideal pemakaian kapal perang maksimal 30 tahun," kata Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI SM Darojatim di Dermaga Kolinlamil Jakarta, Kamis (3/5).




Menurut dia, selama masa pengabdiannya, keempat KRI itu telah berjasa bagi bangsa dan negara dalam tugas operasi baik dalam tugas operasi militer perang maupun operasi militer selain perang.

Dengan dipensiunkannya empat KRI ini, kekuatan alutsista TNI AL berkurang. Namun begitu, dia berharap telah tersedia penggantinya pada 2012 ini. Darojatim mengatakan, dirinya menyerahkan keputusan pengganti kapal tersebut pada jajaran atas yang berwenang. “Kami tidak tahu kapal yang akan disiapkan dari mana,"katanya.

KRI Teluk Angsa-501, KRI teluk Kau, KRI Teluk Tomini-508 merupakan eks kapal perang Amerika yang diserahkan kepada pemerintah RI pada Tahun 1960. Sementara KRI Teluk Saleh-501 diserahkan pada tahun 1970, yang kemudian diresmikan menjadi kapal perang RI.

Keempat KRI itu telah banyak melaksanakan operasi militer perang, dengan mendukung pergeseran TNI, diantaranya operasi Dwikora, operasi Trikora dan operasi Seroja. Dalam melaksanakan operasi militer selain perang, keempat KRI itu telah melaksanakan operasi bhakti, operasi SAR, operasi pengamanan pulau-pulau terluar maupun pengamanan daerah rawan Maluku dan lainnya.

Sumber : JURNAS.COM

Jumat, 06 April 2012

ROKET R-HAN 122MM


BATURAJA - Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengaku puas atas pengembangan Roket R-Han 122mm yang diproduksi bangsa Indonesia sebagai wujud kemandirian roket nasional.

Menurut Sjafrie usai uji coba Roket R-Han 122 di Puslatpur TNI AD di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, Rabu (28/3), pengembangan roket ini diharapkan bisa terus ditingkatkan kemampuan jangkauannya dari puluhan menjadi ratusan kilometer.

"Berdasarkan hasil uji kali ini, kemandirian roket pada tahun 2014 optimis bisa tercapai," ujar Sjafrie.

Budi Teguh Rahardjo, Deputi Menristek Bidang Produktivitas dan Relevansi Riset Iptek meyakini, 90 persen industri roket di Indonesia dapat berkembang dengan pesat dan masuk dalam ranah industri, serta mampu memasok alusista dalam jumlah yang besar.